Musik Beramunisi Bahasa Indonesia
Musik
telah berkembang dari setiap masa dan generasi di dunia. Akar penemuannya
memang masih simpang siur hingga saat ini. Tidak ada yang tahu pasti di mana
musik pertama kali hadir. Banyak sekali temuan-temuan akan benda yang dianggap
sebagai cikal bakal alat musik di seluruh daratan bumi. Di balik itu semua,
penyebaran musik justru lebih menjadi perhatian banyak pihak. Terutama karena
peran musik di beberapa tempat nyatanya memiliki satu keselarasan. Musik adalah
bagian dari jiwa. Maka dari itu, ia mampu menembus ruang waktu dan menjelma
sebagai ikatan lekat manusia.
Beberapa
artefak di Yunani menunjukkan bukti peran musik bagi kehidupan masyarakatnya,
begitu juga di Cina maupun benua Afrika. Musik dipercaya sebagai bentuk
komunikasi. Tak hanya antar sesama makhluk hidup, orang di zaman dahulu pun
memakainya sebagai jembatan untuk berhubungan dengan si mati atau bentuk-bentuk suci. Ketika warisan ini terus turun ke
anak-cucu mereka, bagian sakralnya perlahan memudar, hingga hadirlah fungsi
musik sebagai hiburan.
Dari
bukti peninggalan nenek moyang, beragam inovasi untuk menciptakan alat musik
terus berjalan. Seruling, genderang, terompet juga instrumen lainnya
disesuaikan dengan kondisi penduduk pada masa itu. Bahkan bentuk-bentuk alat
musik baru ikut bermunculan, semacam gitar dan piano. Pada bangsa-bangsa
tertentu, alat musik sudah menjadi jati diri untuk menghasilkan budaya mereka.
Untuk saat ini saja, bisa jadi ada ribuan alat musik yang tersebar di seluruh
wilayah di dunia. Dengan adanya ciri khas bermusik di masing-masing tempat,
turut menghadirkan aliran beragama dari nada yang dimainkan.
Permainan
musik berasal dari hati dan emosi penciptanya. Lirk-lirik pujian kepada Tuhan
maupun para pahlawan selalu menghiasi. Akan tetapi, pada masa Renaisans, ungkapan emosi tidak lagi dibuka menggunakan
bahasa. Para musisi lebih senang menggunakan instrumen sebagai perwakilan tutur
mereka. Tokoh-tokoh besar seperti Johan Sebastian Bach, Ludwig Van Beethoven
atau Wolfgang Amadeus Mozart menjadi pencetus dari bunyi-bunyi tanpa arti yang
dapat menjadi harmnoisasi apik di telinga.
Setelah
zaman klasik, tepatnya pada abad kedua puluh, musik semakin bertransformasi ke
arah modern. Lirik lagu kembali dimainkan bersama sentuhan instrumen. Alhasil,
bahasa yang menjadi bagian dari musik turut menunjukkan eksistensinya. Melalui
bahasa, para musisi berharap dapat merasuki pikiran pendengar. Secara tidak
langsung hal ini bukan hanya membuat manusia mengagumi irama, tetapi turut
menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa.
Nama-nama
besar musisi jelas dimiliki oleh bangsa Eropa, dan monopoli kekuatannya masih
terasa sampai saat ini. Namun bukan berarti, negara-negara di benua lain mati
dalam hal bermusik. Mereka semua justru bangkit dengan perlahan dan pasti.
Tujuannya yang utama bukanlah untuk menunjukkan moncong kepada dunia, melainkan
merangkul anak di negeri sendiri.
Indonesia
merupakan salah satu negera dengan perkembangan musik yang signifikan. Mulai
dari musik tradisional, sampai musik modern. Jika dilihat lebih pasti, tentu
mengapresiasikan musik tradisional dapat membantu generasi penerus
mempertahankan budaya bangsa. Namun, untuk menanamkan rasa cinta terhadap
bahasa Indonesia melalui musik, perlu difokuskannya pendengaran ke arah musik
modern.
Musik
modern di Indonesia memang ditujukan secara universal sebagai sebuah hiburan,
dan semenjak bahasa Indonesia diresmikan negara pada 18 Agustus 1945, seluruh
masyarakat Indonesia wajib menggunakannya sebagai wujud persatuan. Melalui amunisinya
yang berupa bahasa pemersatu ini, dapat mendoktrin pemikiran warna suku di
Indonesia menjadi seragam. Tengok saja, sejak zaman Titiek Puspa, Koes Plus,
sampai Iwan Fals menyodorkan musik mereka, jutaan pasang dengar di seluruh
Indonesia mendendangkan lagu berakar sama, yaitu bahasa Indonesia.
Dalam
suatu negara pun ada yang namanya lagu kebangsaan untuk melambangkan rasa
hormat dan cinta, sekaligus sebagai identitas negara. Di Indonesia kita semua
mengenal lagu Indonesia Raya beserta lagu-lagu nasional lainnya. Dari sana sudah
terlihat bahwa negara menginginkan rakyatnya untuk mencintai tanah air, bangsa,
dan bahasa Indonesia.
Sekarang
kembali lagi terkait musik modern. Masyarakat Indonesia mengenal musik modern
melalui pengaruh budaya barat. Suguhan media sejak masa radio, televisi, dan
sekarang internet sudah menjadi arus nyaman penyebaran musik. The Beatles, Michael
Jackson, Queen, dan ratusan musisi lain dari Eropa dan Amerika Utara menghentak
kreatifitas muda-mudi Indonesia untuk menunjukkan kemampuan mereka menyiram benih
pada negerinya.
Walaupun
begitu, tidak semua masyarakat Indonesia menerima musik karya anak bangsa
dengan baik. Sejak tahun 60-an sampai sekarang ada saja kaum minoritas yang
justru terbuai oleh musik dari luar Indonesia. Terlebih lagi di masa sekarang,
yang mana perkembangan musik barat semakin tidak terbendung. Anak-anak justru
lebih senang menyanyikan lagu asal Amerika Serikat atau Inggris. Ditambah,
kemajuan industri hiburan di negara Asia lain seperti Korea Selatan, Jepang,
dan India.
Melihat
semua fakta-fakta yang ada memang rasa nasionalisme di diri bangsa Indonesia
semakin menurun. Hal ini jelas difaktori oleh pola pikir pemuda yang mudah
terpengaruh karena tidak adanya filter dari serangan budaya asing. Kalau
seperti ini terus bahasa Indonesia dapat kehilangan tajinya di negeri sendiri,
akibat lagu-lagu Justin Bieber, One Direction, atau EXO.
Masalah
ketidakcintaan terhadapa bahasa tanah air ini sebenaranya dapat dipangkas
menggunakan senjata yang sama. Musik beramunisi bahasa Indonesia. Cara ini
terbukti berhasil di masa lampau, dan pasti akan memiliki efek serupa di masa
sekarang. Hal yang perlu disiasati hanya bagaimana musisi di Indonesia dapat
membuat lagu berkualitas agar anak di Indonesia selalu terngiang dan
menyanyikannya tiap saat. Dengan begitu, bahasa Indonesia akan terus ada dalam
pikiran mereka.
Komentar
Posting Komentar