Analisis Unsur Intrinsik Film "Ada Apa Dengan Cinta 2" Karya Riri Riza



1. Sinopsis
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 bercerita tentang Rangga yang sudah menetap lama di Amerika Serikat. Suatu ketika seorang gadis datang ke kedai kopi milik Rangga. Gadis itu mengatakan bahwa ia adalah adik tiri Rangga, dan menyampaikan kabar bahwa ibu Rangga masih hidup dan tinggal di Yogyakarta. Meski sempat ragu, akhirnya Rangga setuju untuk pulang ke Indonesia menemui ibunya. Perjalanan kembali ke Indonesia pun membuka ingatan Rangga akan Cinta, sehingga saat sampai di Jakarta ia sempat mampir ke rumah Cinta. Sayangnya, Cinta sudah tidak tinggal di sana, sehingga Rangga harus melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta.
Di sisi lain, Cinta bersama ketiga temannya, Milly, Maura, dan Karmen memutuskan untuk berlibur ke Yogyakarta. Setiba di sana tanpa sengaja Milly dan Karmen melihat Rangga dan mengikutinya sampai ke hotel ia menginap. Keesokan hari, mereka berdua menceritakan pada Cinta bahwa Rangga juga ada di Yogyakarta. Awalnya Cinta menolak, namun karena desakan teman-temannya ia pun setuju menemui Rangga setelah enam tahun berpisah. Perasaan benci dan kecewa yang diungkapkan Cinta pada pertemuannya dengan Rangga perlahan-lahan lenyap. Rangga membawa kembali kehangatan di masa muda mereka dengan perjalanan romantis mengelilingi Yogyakarta.
Pada akhirnya mereka harus kembali berpisah, karena Cinta telah mengungkapkan bahwa ia akan bertunangan dengan pengusaha kaya. Tanpa diduga, menghabiskan satu hari penuh bersama Rangga, membuat Cinta bimbang akan keputusannya di masa depan. Rangga sendiri masih berharap dapat dimaafkan oleh Cinta dan kembali menjalin hubungan seperti sebelumnya. Gejolak batin ini membawa keduanya kembali kepada kejadian terdahulu di saat Rangga harus pergi ke Amerika Serikat. Cinta pun mengambil pilihan berat. Ia terpaksa meninggalkan tunangannya untuk menyusul cinta sejati di masa SMA. Cinta kemudian menemui Rangga di Amerika Serikat, dan keduanya kembali menjalin hubungan seperti dulu.      



2. Unsur Intrinsik

2.1 Tema
Tema, menurut Stanton (1965: 20) dan Kenny (1966: 88), adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Jika menyaksikan keseluruhan film, dari alur serta penokohannya dapat ditemukan makna jelas dari film Ada Apa Dengan Cinta 2. Sepanjang cerita, kisahnya memfokuskan kepada dua tokoh utama Cinta dan Rangga, juga beberapa tokoh lain yang menunjukkan sikap kasih sayang dan romansa. Jadi dapat ditarik kesmipulan, bahwa tema yang diangkat sang sutradara adalah percintaan, atau lebih tepatnya perjuangan cinta untuk bersatu. Jenis tema ini masuk sebagai tema ketiga (tingkatan sosial) menurut tingkatan tema Shipley, karena menyangkut interaksi kehidupan bermasyarakat seperti cinta kasih. Tema di film keduanya masih serupa dengan yang dihadirkan di film pertama, hanya saja dengan menambahkan bumbu alur lebih beragam.

2.2 Sudut Pandang
Sudut Pandang menurut Abrams merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2000: 248). Untuk film Ada Apa Dengan Cinta 2 ini, masih tetap memakai formula yang sama dengan semua film (pada umumnya), yaitu pemakaian sudut pandang ketiga mahatahu. Alasan pemakaian sudut pandang ketiga ini memang sudah pasti dalam sebuah karya film, karena penonton ingin melihat pandangan seluruh tokoh selama satu jam lebih tayangan. Jika hanya tertuju pada satu tokoh, tentu keseluruhan film akan membosankan. Terutama film drama.

2.3 Tokoh/Penokohan
Penokohan seperti apa yang dikatakan oleh Jones (1968: 33), adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh utama dalam film ini masih sama dengan film pertamanya, yaitu Cinta yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo. Cinta memiliki karakteristik ceria, semangat, rasional, kreatif, dan cerdas. Ia juga karakter berwatak bulat yang sepanjang alur cerita menampilkan beragam sifat di luar yang penonton tangkap (cukup memberi kejutan). Tokohnya pun semakin berkembang, di mana ia telah digambarkan sebagai wanita dewasa dengan pikiran yang lebih matang. Terutama dalam mengambil keputusan.
Selanjutnya ada tokoh Rangga yang diperankan oleh Nicholas Saputra. Tokoh ini adalah tokoh utama tambahan, mengingat bobotnya yang kuat dalam cerita (setara dengan tokoh utama, Cinta). Karakteristik Rangga tidak banyak berubah dari film pertama saat ia masih SMA. Ia pendiam, pembawaan tenang, cuek, dan kaku. Namun, di film kedua ini penonton dapat melihat jika Rangga bukan seorang tokoh statis, dan juga tokoh berwatak datar. Karena kesalahannya memutuskan hubungan dengan Cinta ia pun berubah menjadi pribadi yang lebih baik, penyayang dan romantis. Bahkan ia juga memaafkan ibunya, dan menunjukkan bahwa Rangga memiliki perasaan terpendam akan kerinduan sosok ibu.
Selain itu, tokoh-tokoh yang hadir lainnya termasuk ke dalam tokoh tambahan. Pertama ada geng Cinta, beranggotakan Maura, Milly, dan Karmen. Maura, diperankan oleh Titi Kamal dan digambarkan telah menikah dan memiliki tiga anak. Karakternya cukup cerewet, keibuan, dan tidak suka hal-hal kotor atau berantakan. Lalu ada Milly yang diperankan oleh Sissy Priscilia. Milly bisa dikatakan sebagai tokoh penghibur sepanjang cerita. Karakternya konyol, cukup bebal, dan polos. Ia diceritakan telah menikah dengan teman SMA mereka, Mamet. Terakhir ada Karmen, diperankan oleh Adinia Wirasti. Karmen sejak film pertama memiliki karakter boyish, kuat, dan cuek. Di film kedua Karmen telah mengalami kegagalan rumah tangga dan berakhir ke obat-obatan. Liburan geng Cinta pun menjadi semacam penyembuh dari berhentinya kecanduan Karmen. Sebenarnya, ada satu tokoh teman Cinta lagi yang di film kedua diceritakan telah meninggal, yaitu Alya.
Tokoh tambahan lain ada tunangan Cinta, Trian, yang merupakan seorang pengusaha, diperankan Aryo Bayu. Bisa dikatakan kalau karakternya semi antagonis. Memang tidak menunjukkan kalau ia tokoh berwatak jahat. Justru ia begitu penyayang dan sangat mencintai Cinta. Namun, karena kehadiran tokohnya yang menghambat/mengganggu persatuan dua tokoh utama, membuat ia menjadi tokoh semi antagonis. Kemudian ada tokoh adik tiri Rangga. Karakternya sopan dan ramah. Ia telah menganggap Rangga sebagai kakak, meski sebagai saudara tiri mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Selanjutnya, beberapa tokoh yang ada memiliki porsi dan karakter yang tidak terlalu menonjol, seperti ibu Rangga, Mamet, suami Maura, Robert (teman Rangga di AS), dan karyawan Rangga di kedai kopi.          

2.4 Latar
Latar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175). Pertama ada latar tempat. Latar tempat pada film Ada Apa Dengan Cinta 2 dapat dikurcutkan dari ruang yang luas ke lebih kecil lagi. Secara luas, latar tempat berada di dua negara berbeda benua, yaitu Indonesia dan Amerika Serikat. Indonesia menjadi latar tempat bagi tokoh utama Cinta, dan Amerika Serikat menjadi latar tempat untuk tokoh Rangga.
Secara lebih sempit lagi, latar tempat dibagi kembali menjadi dua lokasi di Indonesia, yaitu Yogyakarta dan Jakarta. Yogyakarta menjadi latar utama sepanjang alur cerita, bagaimana setiap konflik terjadi. Yogyakarta menjadi tempat pertemuan dua tokoh penting, Cinta dan Rangga. Dari sini, latar tempat yang spesifik mengarah di banyak lokasi, seperti hotel tempat Cinta dan teman-temannya menginap, rumah ibu Rangga, kafé, dan berbagai tempat wisata budaya lainnya. Sementara Jakarta menjadi latar klimaks cerita, di mana akhirnya Cinta dan Rangga kembali berpisah. Dalam ruang sempit, terdapat latar tempat di galeri milik Cinta (tempat perseteruan Cinta dan Trian), hotel tempat Rangga menginap di Jakarta, dan bandara.
Untuk di Amerika Serikat sendiri, latar tempat berada di kota New York. Beberapa scene utama  mengarah pada kedai kopi milik Rangga, apartemen Rangga, dan berbagai tempat menarik yang ada di sana. Kedai kopi menjadi titik penumpu awal cerita dan juga akhir cerita. Mulai dari kembalinya Rangga ke Indonesia sampai pertemuannya kembali dengan Cinta. Akhir dari film Ada Apa Dengan Cinta 2 ini sendiri berlatar di sebuah taman dalam balutan musim dingin/gugur. 
Latar waktu mencakup pagi sampai siang hari, lalu sore sampai malam hari. Latar waktu siang diisi oleh beragam kegiatan yang menghadirkan suasana riang dan semangat. Terutama dari sudut Cinta dan teman-temannya. Untuk Rangga sendiri latar waktu siang tidak jauh berbeda dengan malam. Ia selalu menghadirkan suasana tenang dan sendiri. Namun itu berubah ketika bertemu dengan Cinta. Kebersamaan mereka yang sempat canggung di awal, perlahan menjadi menyenangkan. Sementara latar sore hari sampai malam menghadirkan kesan intim dan romantis untuk Cinta dan Rangga. Latar malam hari inilah yang menjadi tempat luapan emosi dari berbagai tokoh. Mulai dari perasaan cinta, amarah, gembira, dan juga sedih.
Latar sosial dalam cerita ini memang menyangkut kehidupan masyarakat perkotaan. Jadi, latar belakang sosial setiap tokoh pun tidak jauh berbeda. Hanya saja, latar tempat yang menjadi jalannya cerita turut membawa latar sosial yang ada, atau bisa dibilang membentuk tokoh. Seperti Rangga misalnya, ia memiliki sifat diam dan apatis di mana latar sosial tempat ia tinggal menjadi pas, mengingat orang Amerika Serikat termasuk cuek. Sementara Yogyakarta menjadi semacam latar sosial akan karakter Cinta dan Rangga yang mencintai seni. Alur yang dibangun oleh dua tokoh utama dan interaksi keduanya, menunjukkan bahwa Yogyakarta menjadi latar sosial yang pas.

2.5 Alur
Kenny (1966: 14) mengemukakan bahwa alur/plot sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Alur dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 adalah maju (kronologis). Sepanjang cerita tidak ada peristiwa kilas balik, dan hanya berupa kejadian di masa kini, hal ini membuat film Ada Apa Dengan Cinta 2 menggunakan teknik pengaluran linear. Setiap masalah melaju mulai dari tahap awal, pemunculan konflik-konflik, klimaks, anti klimaks, sampai akhir (ending).
Pada awal film, penonton akan kembali diingatkan oleh para tokoh penting dalam cerita. Tahap pengenalan ini dibagi dari dua sudut. Pertama mengenai keadaan Cinta saat ini yang telah sukses dengan bisnis galerinya, juga soal pertunangan yang akan dilangsungkan. Ditambah kondisi teman-temannya yang sudah dewasa dan berkeluarga. Dari sini, cerita akan dibawa ke tempat di mana seluruh konflik berada, yaitu Yogyakarta. Di sisi Rangga, tahap pengenalan ini memperlihatkan bagaimana ia juga cukup sukses hidup di Amerika Serikat, mulai dari penulis kolom sampai pengusaha kedai kopi. Jika dari sisi Cinta alur yang membawa ke tahap konflik adalah karena liburan, dari tempat Rangga melalui kehadiran tokoh baru, adik tirinya, yang membawa Rangga pulang ke Indonesia (Yogyakarta).
Setelah melalui pengenalan, alur mulai memasuki konflik. Peristiwa yang memicu timbulnya konflik ketika Karmen dan Milly tanpa sengaja melihat Rangga di Yogyakarta. Setelah mereka menceritakannya pada Cinta dan memaksa Cinta untuk menemui Rangga, konflik pertama muncul. Cinta yang telah lama memendam rasa kecewa karena hubungan mereka putus tanpa sebab, kini harus berhadapan lagi dengan Rangga. Namun selanjutnya, suspense di sini turun karena akhirnya Cinta setuju memaafkan Rangga dan memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama di Yogyakarta. Selama alur masih mendatar, timbul beberapa konflik kecil yang nantinya cukup berpengaruh pada cerita.
Konflik besar justru terjadi saat perpisahan Cinta dan Rangga di Yogyakarta. Perasaan tenang Cinta justru terusik saat mereka berciuman di depan penginapan. Peristiwa tersebut membawa konflik batin di antar kedua tokoh tersebut nantinya. Rangga merasa sangat bersalah dan ingin kembali mendapatkan Cinta. Sedangkan Cinta sendiri bingung dengan keputusannya bertunangan bersama Trian. Akhirnya, di Jakarta Rangga memutuskan menemui Cinta di galerinya untuk menyatakan apa yang ia rasakan.
Tahap klimaks dimulai dari kedatangan Rangga ke galeri Cinta sampai perseteruan Cinta dengan Trian. Ketiga tokoh ini menghadirkan ketegangan di bagian akhir film. Di hadapan Rangga, Cinta menyatakan bahwa mereka tidak mungkin bisa bersama lagi. Semenatar kepada Trian Cinta menceritakan kebersamaannya dengan Rangga dan perasaan yang selama ini masih ia pendam. Kemudian tahap anti klimaks berada di saat Rangga memutuskan pergi kembali ke Amerika Serikat. Scene di mana ia mengharapkan kehadiran Cinta di bandara, serta keputusan Cinta yang mencoba mengejar Rangga namun terlambat.
Masalah di sini telah selesai. Penonton sudah dapat memahami bahwa Cinta masih mencintai Rangga sebagaimana sebaliknya. Tetapi film belum berakhir. Meski perasaan keduanya telah terungkap, namun mereka tidak dapat bersama. Akhir dari film ini barulah jelas ketika di Amerika Serikat, Cinta datang menemui Rangga. Menjelaskan tanda Tanya dibenak penonton. Sajian film Ada Apa Dengan Cinta berakhir dengan akhir bahagia, setelah kemustahilan sepanjang alur cerita yang coba diberikan sutradara. Scene ending menampilkan Rangga dan Cinta yang kembali berciuman di taman.  

2.6 Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan maupun mempermainkan bahasa. Jika dilihat secara tuturan sosiolinguistik, dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 tokoh di dalamnya dapat dibagai dalam dua jenis ragam bahasa. Bahasa resmi dan bahasa tidak resmi, berdasarkan kondisi. Dari sisi tokoh utama Cinta bersama teman-temannya, pemakaian dialog bahasa tidak resmi atau santai hadir. Ketika tokoh utama, Cinta berada bersama Rangga, bahasa yang dipakai merupakan bahasa resmi atau baku. Sebagai contoh dalam tuturan ini; “Rangga, apa yang kamu lakukan pada saya itu… jahat.”
Jenis gaya bahasa pada kondisi di mana tokoh Cinta dan Rangga bertemu ini hadir karena latar belakang keduanya yang mencintai seni, sastra, dan negara Indonesia. Jadi, dialog resmi ini menjadi semacam hubungan keintiman dari keduanya. Lalu, ada juga di mana situasi berada pada tokoh Rangga seorang. Biasanya akan hadir monolog dari Rangga berupa kata-kata puitis yang mengandung majas dan diksi yang indah.

2.7 Amanat
Amanat atau pesan moral menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila (KBBI, 1994). Sutradara memakai bentuk penyajian secara tidak langsung, di mana para penonton diharuskan mencari sendiri amanatnya.  Namun setelah melihat tema percintaan yang ada, serta alur cerita cukup kompleks, amanat di dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 dapat ditemukan. Amanat utama di sini mengenai seberapa besar rasa cinta sesorang. Kembali ada dua versi pandangan. Pertama dari Cinta, “perasaan sayang terhadap pasangan sejati tidak akan pernah habis meski waktu mengatakan selesai”. Kemudian dari Rangga, “rasa cinta dan sayang yang besar dapat membawa siapa pun kepada perjuangan untuk mendapatkannya kembali, meski ia sempat lepas”.
Mungkin masih terdapat banyak lagi bentuk pesan moral yang hadir di dalam film, seiring beberapa scene (alur) beragam. Seperti kisah persahabat Cinta dengan teman-temannya yang tetap kuat sejak masa SMA. Lalu pemunculan beberapa scene berupa kebudayaan dan seni, juga secara tidak langsung menjadi bentuk penyampaian sang sutradara kepada pemuda zaman sekarang untuk selalu melestarikan bduaya bangsa. Bisa dikatakan kalau film Ada Apa Dengan Cinta 2 memang memberi banyak nilai postif untuk para penonton.





Daftar Pustaka
  
Anggraeni, Nori. 2012. Modul Telaah Novel 1. Tangerang Selatan: Universitas Pamulang.
Budianta, Melani dkk. 2002. Membaca Sastra. Magelang: Indonesia Tera.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer